Rabu, 25 Maret 2009

Mengagungkan Rasulullah Sebagai Cerminan

Alhamdulillah pada saat ini kita berada dalam Bulan Rabiul Awwal yang sering disebut dengan Bulan Maulid, tepatnya tanggal 13 Rabiul Awwal 1429 H. Kemarin adalah tanggal 12 Rabiul Awwal tanggal kelahiran makhluk yang agung, yang dimuliakan oleh Allah Azza Wajalla yaitu Rasululullah Muhammad SAW. Dalam kaitannya dengan kelahiran ini Allah SWT memerintahkan kepada kita semua agar menyambutnya dengan gembira sebagai rasa syukur kepada-Nya sebagaimana tersebut dalam surah Yunus ayat 58 :

قل بـفضل الله وبـرحـمتـه فـبذا لك فـليـفرحوا
“Katakanlah : atas karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah mereka bergembira.”

Adapun tanda-tanda kelahiran Baginda Rasul SAW telah termaktub didalam Kitab Taurat, Zabur maupun Injil. Ka’abul Akhbar berkata : “Aku telah melihat didalam Taurat bahwa Allah telah mengabarkan tentang kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Allah berfirman : Ketika bintang yang sudah dikenal dengan nama bintang tsabit itu bergerak dan berjalan dari tempatnya, maka pada saat itulah Nabi Muhammad lahir. Peristiwa ini disaksikan semua orang Yahudi, tetapi mereka tidak menyiarkannya. Dalam Zabur disebutkan : Ketika mata air yang telah kalian kenal kering airnya, tiba-tiba memancarkan air dengan derasnya, maka pada saat itulah kelahiran Nabi Muhammad telah tiba. Pada Injil dijelaskan, Nabi Isa AS berkata kepada kaumnya tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW : Ketika pohon-pohon kurma yang telah kering, tiba-tiba keluar daunnya, maka pada saat itulah Nabi Muhammad telah lahir ke dunia.

Kondisi tersebut diatas telah digambarkan Allah dalam firman-Nya pada Surah Al Baqarah ayat 146 :

الـذين ءا تـيـنهم الـكتـب يـعرفـونـه, كما يـعرفون أبـناء هم وإن فـريـقامـنهم لـيكـتمون الحـق وهـم يـعلـمون

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang Kami beri Alkitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Sesungguhnya sebagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.”

Selanjutnya Abdul Mutaqhlib Kakek Nabi SAW pernah berkata : Ketika aku sedang berada dalam Ka’bah, diwaktu itu Ka’bah masih berisi patung-patung sesembahan, tiba-tiba patung itu jatuh dari tempatnya dalam posisi bersujud di lantai Ka’bah. Kemudian aku mendengar suara dibalik dinding Ka’bah yang berbunyi : Nabi yang dipilih telah lahir, yang akan menghancurkan orang-orang kafir, dan membersihkan diriku dari patung berhala ini, kemudian memerintahkan untuk menyembah kepada Zat Yang Merajai Seluruh Alam ini.
Beberapa keajaiban lain mengiringi kelahiran Rasulullah :

1. Pada umumnya wanita yang mengandung akan selalu mengalami keadaan yang cepat lelah dan merasa was-was akan bayi yang sedang dikandungnya, apakah ia lahir dalam bentuk yang sempurna ataukah tidak, merasa sakit perut dan lain sebagainya. Namun keadaan ini tidak dialami Aminah. ibunda Rasul SAW.
2. Kelahiran Beliau menghalangi naik turunnya Setan ke langit yang selalu akan mencuri dengar pembicaraan Malaikat dan lahir dalam keadaan telah berkhitan.
3. Ibu susuan Rasulullah Halimah As Sa’diyyah, yang sebelum kelahiran Nabi, air susunya kering, spontan melimpah. Dan masih banyak lagi lainnya

Manakala kita menyebut, membicarakan tentang Nabi Muhammad SAW, maka akan teringat dialam pikiran kita tentang keagungan derajatnya yang begitu tinggi dan banyak, diantaranya :

1. Nabi SAW telah menjadi Nabi sedang Adam As masih berada antara roh dan jasad. Ibnu Taimiyah meriwayatkan sebuah teks hadits di dalam Al Musnad dari Maisarah :

لـما قـيل له : مـتى كـنت نـبـينا ؟ قـال : وا دم بـيـن الروح والـجسد
“Ketika dikatakan kepadanya, kapan engkau menjadi nabi hai Muhammad ; Ia menjawab : Aku telah menjadi nabi ketika ruh (nabi) Adam masih terpisah dari jasadnya.”

Dituturkan oleh Qatadah dari Al Hasan dan dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda :
كـنت أول النـبـين فـي الـخلـق و اخـرهم فـي الـبعث
‘Aku adalah Nabi pertama yang diciptakan Allah dan Aku pun yang terakhir dari mereka (para nabi) yang akan dibangkitkan pada hari kiamat.”

2. Rasul SAW telah menjadi rahmat kepada seluruh alam termasuk ummat manusia. Jika nabi-nabi terdahulu diutus hanya untuk kaumnya saja, maka An Nabi SAW diutus untuk semua bangsa didunia. Allah berfirman :

ومـا أرسـلـنك إلا كـافـة للـناس بشـيـرا ونـذيـرا ...
Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan ...”.(As Saba : 28). Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan :

وأرسـلنـك للـناس رسـولا وكـفى بـالله شـهـيدا
“Dan Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada seluruh manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (An Nisa : 79).

3. Allah mengambil janji dari para Nabi dan Rasul bahwa mereka akan taat kepada Nabi Muhammad sebagaimana firman-Nya dalam Surah Ali Imran : 81 yang artinya :

“Dan (Ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, Sungguh apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman, Apakah kamu mangakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu : Mereka menjawab. Kami mangakui. Allah berfirman : Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi pula bersama kamu.”

4. Allah bersumpah dengan umur dan kehidupan Nabi SAW yang tidak pernah didapat pada nabi-nabi yang lain :

لـعمرك إنـهم لـفى سـكرتـهم يـعمـهون
“Demi umurmu (Muhammad) sesungguhnya mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan).” (Al Hijr : 72)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Ibnu Abu Syaidah, Ibnu Jarir, Abu Hurairah, Ibnu Murdawih, Ibnu Abbas berkata : Allah Ta’ala tidak pernah bersumpah dengan kehidupan seseorang kecuali dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman : Demi umurmu … !

5. Keimanan kepada Nabi SAW disatukan dengan keimanan kepada Allah. Allah SWT menyatukan keimanan kepada-Nya dengan keimanan kepada Nabi SAW. Oleh karena itu tidaklah benar keimanan orang yang tidak beriman kepada Rasulullah SAW sedangkan dia mengaku beriman kepada Allah. Allah tidak pernah menyatakan hal itu didalam kitab-Nya kepada seorang nabipun kecuali Nabi Muhammad sebagaimana dalam firman-Nya pada Surat An Nisa : 136 :

يـأ يـها الذ يـن ءا مـنوا ءا مـنوا بـالله ورسـو لـه
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya ...”
6. Taat dan berbaiat kepada Nabi SAW sama dengan taat dan berbaiat kepada Allah. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Fath ayat : 10 :

ان الـذيـن يـبا يـعونـك إ نـما يـبا يـعون الله
“Orang yang berjanji setia kepada kamu, sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah ...”

Dalam Hadits Qudsi Allah berkata :

يـا مـحمد جـعلـتك ذكـرا من ذ كري, من ذكرك فـقد ذ كرنـي ومن أحـبك فـقد أحـبني
“Ya Muhammad, Engkau Kujadikan sebagai zikir bagi diri-Ku, barang siapa yang menyebut namamu berarti dia telah berzikir kepada-Ku, dan barang siapa yang cinta kepadamu, maka dia telah cinta kepada-Ku.”

Pada bulan sekarang ini di seluruh dunia, ummat Islam bergembira, bersuka cita merayakan peringatan Maulid Nabi SAW dengan berbagai cara. Ada yang dengan membaca maulid, ceramah agama, diskusi dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan dalam rangka mengagungkan Rasululllah SAW dan mengagungkan Allah Azza Wajalla dalam mencari rahmat dan ridha-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

و من يـعظم شـعا ئـر الله فـإنـها من تـقوى الـقلوب
“Barang siapa mengagungkan syaiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (Al Hajj : 32)

Sejarah Peringatan Maulid

Peringatan artinya kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mengenang atau memuliakan sesuatu atau peristiwa tertentu. Peringatan maulid ini pertama kali dilakukan sendiri oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad, disebutkan bahwa ketika Beliau saw ditanya oleh sahabat ra tentang alasan mengapa Beliau Saw berpuasa di hari Senin, Beliau menjawab:

فـيه ولـدت وفـيه انـزل علـي
“Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu pula aku memperoleh wahyu (Al-Qur’an)”

Imam Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan : “Orang pertama yang menyelenggarakan peringatan maulid Nabi saw adalah seorang penguasa dari Arbil (sebuah kota di Iraq) yaitu Sultan Muzhaffar Abu Said. Peringatan tersebut dihadiri para ulama terkemuka dan orang-orang shaleh dari kaum sufi dengan niat semata-mata untuk taqarrub kepada Allah SWT. Untuk mengisi acara tersebut beliau memerintahkan Ibnu Dihyah menulis kitab khusus mengenai maulid Nabi saw. Kitab tersebut disusun dan dinamakan : At-Tanwir fi Maulid Al-Basir An-Nadzir. Kitab tersebut ditulis pada tahun 604 H. Atas penulisan dimaksud Sultan menghadiahkan 1.000 dinar kepada Ibnu Dihyah. Setelah itu Sultan membuat acara maulid. Dengan maulid tersebut beliau bisa mempersatukan umat sehingga bisa mengalahkan orang-orang kafir. Untuk keperluan maulid tersebut ia mengeluarkan dana sebanyak 300.000 dinar dan di dalam jamuannya dihidangkan : 500.000 ekor kambing panggang, 10.000 ayam, 100.000 buah alpukat, dan 30.000 piring manisan, beliau turun dari singgasana dan menyemprotkan wewangian kepada khalayak yang hadir.

Pendapat Para Ulama Tentang Maulid

1. Imam Hasan Al-Bashri (27 H – 116 H)
Beliau adalah salah seorang tabi’in agung, pernah dido’akan oleh Sayyidina ‘Umar ra, “Ya Allah, jadikanlah ia sebagai seorang yang memiliki pemahaman dalam agama dan dicintai oleh masyarakat.” Beliau bertemu dengan kurang lebih 100 sahabat ra. dan beliau mendapat tempat terhormat dalam pandangan mereka. Sayyidina Anas bin Malik ra suatu ketika ditanya tentang agama, beliau menjawab, “Bertanyalah kepada Al-Hasan, sebab dia masih ingat sedangkan kami telah lupa.” Maka kita lihat pendapat sayyidina Hasan Al-Bashri yang berkata :

ودد ت لو كان لي مـثل جـبل أحـد ذهـبا لأنـفـقـتـه على قـراءة مـو لد الرسـو ل
“Andaikata aku memiliki emas sebesar bukit Uhud, maka akan kudermakan semuanya untuk penyelenggaraan pembacaan Maulid Rasul.”

2. Imam Junaid Al-Baghdadi (wafat 297 H)
Beliau rhm sangat memuliakan Maulid Nabi. Beliau rhm berkata :

من حـضر مولد الرسـول وعـظم قـدره فـقـد فـاز بـالإ يـمان
“Barangsiapa menghadiri maulid Rasul dan mengagungkan (memuliakan) kedudukannya saw, maka dia telah sukses dengan keimanan.”

3. Imam Suyuthi
Dalam kumpulan fatwanya beliau menulis satu bab khusus yang menjelaskan keutamaan peringatan maulid Nabi. Di bawah ini kami nukilkan 2 pernyataan beliau. beliau menyatakan :

a. “Menurutku, inti dari peringatan Maulid Nabi adalah berkumpulnya masyarakat, pembacaan sebagian ayat Al-Qur’an, pembacaan riwayat yang menjelaskan awal perjuangan Nabi saw dan berbagai peristiwa besar yang terjadi saat kelahiran beliau, penyajian makanan kepada hadirin dan mereka pun menyantap dan kemudian pergi tanpa melakukan kegiatan lain. kegiatan semacam ini merupakan sebuah bid’ah hasanah yang pelakunya akan mendapat pahala. Sebab, di dalam peringatan maulid itu terdapat kegiatan pemuliaan Nabi dan perwujudan rasa senang dan bahagia atas kelahiran beliau saw yang mulia.”

b. “Tidaklah sebuah rumah Muslim dibacakan Maulid Nabi di dalamnya, melainkan Allah singkirkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran, berbagai jenis bencana, kebencian, kedengkian, pandangan buruk, serta pencurian dari penghuni rumah itu. Dan jika ia meninggal dunia, maka Allah akan memberinya kemudahan untuk menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir. dan dia kelak akan berada di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Maha Berkuasa.”

4. Syekh Ibnu Taimiyyah
Beliau rhm menyatakan : “Memuliakan hari Maulid Nabi saw dan menyelenggarakan peringatannya secara rutin banyak dilakukan orang. Mengingat maksudnya yang baik dan bertujuan memuliakan Rasulullah saw adalah layak jika dalam hal itu mereka beroleh ganjaran pahala besar.”

Dalam kitab Hadits juga disebutkan tentang keutamaan memuliakan Rasulullah saw. Di antaranya adalah :

1. Imam Abu Nu’aim dalam kitab Hilyah mengutip dari Wahb bin Munabbih, bahwa ia berkata, : “Seorang dari bani Israil yang berdosa kepada Allah SWT. Laki-laki itu meninggal. Kemudian orang-orang melemparkannya ke waduk tinja. Allah SWT mewahyukan kepada Musa as untuk mengeluarkannya dari sana dan menshalatkannya. Musa berkata, “Ya Tuhanku, Bani Israil telah menyaksikan bahwa orang itu telah bermaksiat kepada-Mu selama 100 tahun.” Allah SWT berfirman, “Memang benar, hanya saja setiap kali ia membuka Taurat dan melihat nama Muhammad, ia menciumnya dan mendekatkannya kepada kedua matanya. Karena itu, Aku menerima hal itu sebagai syukurnya. Aku mengampuninya dan akan Aku nikahkan ia dengan tujuh puluh bidadari.”

2. Imam Bukhari meriwayatkan dari Sayyidina ‘Abbas ra bahwasanya Abu Lahab diringankan siksaannya pada setiap hari Senin karena ia memerdekakan Tsuwaibah lantaran bergembira dengan kabar kelahiran Rasulullah saw yang disampaikan Tsuwaibah kepadanya.

Jika orang yang bermaksiat saja sudah mendapatkan perlakuan seperti itu karena gembira dengan Nabi saw, apakan lagi umatnya yang mencintai Nabi saw, mengorbankan diri karena mencintainya, mengagungkannya, bersahalawat padanya dan melakukan hal-hal dalam memuliaknnya dan menolong agama yang dibawanya.


Pontianak, 12 Rabi’ul Awal 1429 H / 20 Maret 2008
Wassalam,
Ir. Bambang Mulyadi Alhinduan, MBA