Minggu, 26 April 2009

MUI: Vaksin Meningitis Mengandung Enzim Babi

LPPOM MUI Sumatra Selatan menemukan fakta vaksin meningitis mengandung enzim porchin dari babi.

PALEMBANG -- Majelis Ulama Indonesia Sumatra Selatan (MUI Sumsel) mengingatkan pemerintah untuk mengganti vaksin meningitis (radang selaput otak) yang biasa digunakan untuk jamaah haji dan umrah. Pasalnya, vaksin meningitis itu mengandung enzim porchin yang berasal dari babi.

Ketua MUI Sumsel, KH Sodikun, menegaskan, kandungan enzim babi dalam vaksin meningitis terungkap setelah Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) di provinsi itu melakukan penelitian dengan melibatkan pakar dari Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri).

''MUI Sumsel melakukan penelitian tersebut, setelah tiga bulan lalu mendapat laporan tentang adanya kandungan enzim babi dalam vaksin meningitis,'' ungkap Kiai Sodikun kepada Republika, Jumat (24/4). Setelah mendapat laporan itu, papar dia, LPPOM MUI yang dipimpin langsung ketuanya, Prof Nasruddin Iljas, melakukan penelitian dengan melibatkan pakar dari Unsri, salah satunya, Prof T Kamaludin, direktur Program Pascasarjana Unsri.

Berdasarkan hasil penelitian itu, vaksin meningitis yang biasa digunakan jamaah haji dan umrah mengandung enzim babi. Kiai Sodikun mengaku sudah menyampaikan temuan itu kepada pemerintah dan MUI Pusat untuk ditindaklanjuti. ''Kami meminta pemerintah segera mengganti vaksin yang digunakan sekarang dengan vaksin yang halal dan bebas darin enzim babi yang haram itu,'' ujar Kiai Sodikun menegaskan.

Sampai sekarang, kata dia, permintaan MUI Sulsel itu tidak mendapat tanggapan. ''Melalui informasi yang kami sampaikan lewat media massa, MUI Sumsel berharap Menteri Agama segera tanggap,'' tuturnya. Pihaknya mengingatkan, penggunaan vaksin meningitis yang mengandung enzim babi dapat menghalangi kemabruran jamaah haji.

Menurut Kiai Sodikun, masuknya zat haram dalam tubuh akan sangat berpengaruh pada proses pelaksanaan ibadah haji. Alasannya, kata dia, syarat mabrurnya haji, selain bersih secara jiwa, para jamaah haji juga harus bersih secara raga.
''Kalau tubuh kita kemasukan zat yang diharamkan, maka dapat menghalangi terkabulnya doa. Tapi, bagi mereka yang tidak tahu bisa dimaafkan, yang berdosa adalah orang yang mengambil kebijakan dan mengetahui hal itu tapi tetap melaksanakan,'' ujar Kiai Sodikun mengingatkan.

Ketua LPPOM MUI Sumsel, Prof Nasruddin Iljas, juga mendesak agar pemerintah segera mengganti vaksin meningitis yang biasa digunakan dengan vaksin yang halal. Menurut dia, negara lain seperti Malaysia telah menggunakan vaksin meningitis yang halal dengan menggunakan enzim sapi.

''Jadi, sudah seharusnya pemerintah pusat, khususnya Departemen Agama, segera mencari alternatif pengganti vaksin meningitis yang tidak mengandung binatang babi,'' cetusnya. Nasruddin mengatakan, jika produk makanan, obat-obatan, serta kosmetik mengandung bahan yang tidak halal, maka akan menghambat bahkan menyebabkan ibadah umat Islam sia-sia. ''Ini harus menjadi perhatian. Apalagi sekarang marak beredar makanan yang berasal dari daging babi,'' tambahnya.

Indonesia tampaknya harus belajar kepada Malaysia. Sejak beberapa tahun lalu, Malaysia telah berupaya memproduksi vaksin meningitis halal yang pertama di dunia. Pembuatan vaksin halal itu diperkenalkan Universitas Sains Malaysia (USM). Vaksin meningitis hahal itu akan membawa manfaat bagi jutaan orang terutama yang melakukan ibadah haji.

Untuk memproduksi vaksin meningitis, USM bekerja sama dengan Institut Finlay di Kuba. Malaysia dan Kuba bersama-sama akan menanggung biaya produksi vaksin itu dalam proyek senilai 6 juta ringgit Malaysia. Sebayak 12 orang ahli kedokteran dari USM dan 30 orang ahli dari institut Finlay Kuba akan berkerja sama memproduksi vaksin tersebut yang terbuat dari bahan-bahan dasar yang halal yang diambil dari hewan yang disembelih sesuai dengan aturan Islam.

Langkah itu dilakukan Malaysia guna menghentikan penggunaan vaksin meningitis impor dari negara-negara Barat yang menggunakan bahan dasar dari sari pati hewan babi--binatang yang haram menurut ketentuan Islam. Selama ini, negara-negara Muslim bergantung sepenuhnya kepada vaksin nonhalal, guna memenuhi kebutuhan yang disyaratkan oleh Pemerintah Arab Saudi untuk para calon haji yang akan melakukan ibadah haji maupun umrah. oed/hri

Sumber: Republika

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 12 April 2009

Kunjungan Hb.Umar bin Hafidz

Alhamdulillah pada bulan April 2009 yang bertepatan dengan bulan Rabiul Akhir 1430 H, kita kembali akan kedatangan tamu agung, yaitu Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, dari Tarim Hadramaut. Beliau akan melakukan kunjungan da’wah beliau khususnya untuk melakukan ijtima’ dengan ulama dari berbagai daerah di Indonesia.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini memang Habib Umar bin Hafidz singgah ke Indonesia selama dua kali, yang pertama Beliau hadir pada bulan Januari yang lalu atau bertepatan dengan bulan Muhamrram 1430 H, dan yang kedua beliau InsyaAllah hadir pada pertengahan bulan April yang jadwalnya terlampir dibawah ini.

InsyaAllah dengan hadirnya guru mulia kita tersebut, banyak manfaat yang bisa kita terima khususnya buat kita pribadi, Umat Islam dan Bangsa Indonesia pada umumnya.

Jadwal Kegiatan Habib Umar bin Hafidz Selama Di Indonesia

Hari

Tanggal

Kegiatan

Keterangan

Rabu

15/04/09

-

Tiba Dijakarta

Kamis

16/04/09

Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi

Di Solo

Jumat

17/04/09

Maulid

Di Solo

Jumat

17/04/09

Sholat Jumat di Masjid Agung Semarang

Jumat

17/04/09

Ijtima’ Ulama Jawa Tengah

Di Semarang (Undangan Khusus)

Sabtu

18/04/09

Ijtima’ Ulama Jawa Tengah

Di Semarang (Undangan Khusus)

Ahad

19/04/09

Ijtima’ Ulama Jawa Timur

Di Batu-Malang (Undangan Khusus)

Senin

20/04/09

Ijtima’ Ulama Jawa Timur

Di Batu-Malang (Undangan Khusus)

Senin

20/04/09

Haul Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi

Di Surabaya

Selasa

21/04/09

Ijtima’ Ulama Kalimantan

Di Banjarmasin (Undangan Khusus)

Rabu

22/04/09

Ijtima’ Ulama Kalimantan

Di Banjarmasin (Undangan Khusus)

Kamis - Ahad

23/04/09 – 26/04/09

Haul dan Maulid

Di Singapura

Ahad

26/04/09

Maulid Di Masjid Istiqlal

Di Jakarta

Senin

27/04/09

Ijtima’ Ulama Sumatera

Di Palembang (undangan khusus)

Selasa

28/04/09

Ijtima’ Ulama Sumatera

Di Palembang (undangan khusus)

Rabu

29/04/09

Ijtima’ Ulama Jawa Barat

Di Ciater (undangan khusus)

Kamis

30/04/09

Ijtima’ Ulama Jawa Barat

Di Ciater (undangan khusus)

Kamis

30/04/09

Perjalanan Ke Australia

Ijtima’ di Sydney



Sumber: DPP Rabithah

[+/-] Selengkapnya...

Sabtu, 04 April 2009

Jika Cinta Rasul, Cinta Ahlul Bayt-nya


Judul: Rasulullah SAW. Mempunyai Keturunan & Allah SWT Memuliakannya

Pengarang: Ir. Sayyid Abdussalam Al-Hinduan, M.B.A.

Penerbit: Cahaya Hati, Cetakan 1 Februari 2008

Tebal: 156 halaman








Jika Cinta Rasul, Cinta Ahlul Bayt-nya

“Kutinggalkan di tengah kalian dua peninggalanku: Kitabullah, sebagai tali yang terentang dari langit sampai ke bumi, dan keturunanku, ahlul baytku. Dua-duanya itu sungguh tidak akan terpisah hingga saat kembali kepadaku di haudh (telaga di surga).”

Telah sama kita maklumi, Rasulullah adalah nabi utusan Allah SWT kepada seluruh manusia. Keberadaannya merupakan rahmat bagi alam semesta. Ayat Al-Quran secara tegas menyatakan hal tersebut, “Dan kami tidak mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya’: 108). Dialah pula rasul yang paling dicintai oleh Allah dan diberi gelar Al-Habib Al-A`zham (Kekasih yang Teragung).

Dalam ayat lain dikatakan, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS Al-Qalam: 4).

Tak ada yang mengingkari betapa besar jasa yang telah diberikan oleh Rasulullah SAW. Dengan risalah yang Allah perintahkan untuk disampaikannya, beliau telah menunjukkan jalan yang lurus, telah mengalihkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Beliau telah berjasa membawa umat manusia untuk mengenal Pencipta mereka serta mengabdi dan beribadah kepada-Nya.

Melalui beliaulah kita mengenal apa yang Allah perintahkan dan apa yang Allah larang. Melalui beliau pula kita mengetahui bagaimana cara-cara mendekatkan diri kepada-Nya. Bahkan, bagaimana menjalani kehidupan dalam segala seginya pun, kita dibimbing olehnya. Ya, betapa besar jasa beliau kepada umat manusia.

Seorang yang berakal, dan memiliki perasaan, tentu tak akan mengabaikan begitu saja orang yang telah berjasa kepadanya. Kepada orang yang memberikan pertolongan sedikit saja, hati kecil kita pasti ingin memberikan balasannya. Apalagi kepada orang yang telah memberikan pertolongan tak terkira, yang telah menyelamatkannya sepanjang kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat. Tentu sangat tak layak untuk mengabaikannya dan tak berterima kasih kepadaya.

Permintaan Nabi

Tetapi bagaimana berterima kasih kepadanya atas dakwahnya kepada umat manusia? Salah satunya adalah memberikan apa yang diminta oleh beliau.

Pertanyaannya, apa yang diminta oleh beliau? Mengenai itu, ayat Al-Quran mengatakan, “Katakanlah, hai Muhammad, ‘Aku tidak minta upah apa pun atas hal itu (yakni dakwah risalah) kecuali cinta kasih dalam (terhadap) keluarga’.” (QS Asy-Syura: 23). Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud keluarga di situ adalah keluarga Nabi (ahlul bayt).

Ahlul bayt Rasulullah SAW adalah orang yang paling dekat dengan beliau, yang secara khusus dicintai, dihormati, dan dipeliharanya. Allah memuliakan mereka dan secara khusus dijaga agar tetap suci dan dijauhkan dari kekejian. Banyak hadits yang menunjukkan kemuliaan mereka dan perintah beliau kepada umatnya untuk mencintai mereka.

Rasulullah sangat mencintai dan menyayangi ahlul baytnya. Ibnu Abbas RA mengatakan, “Aku menyaksikan sendiri selama sembilan bulan, setiap hendak shalat di masjid Rasulullah selalu mengatakan, ‘Assalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sungguh Allah hendak menghapuskan noda dari kalian, wahai ahlul bayt, dan benar-benar hendak menyucikan kalian. Marilah kita shalat. Semoga Allah melimpahkan rahmatnya kepada kalian’.” Ucapan salam ini ditujukan kepada keluarga Ali bin Abi Thalib dan Fathimah.

Tidak cukup dengan mengucapkan salam kepada ahlul baytnya, Rasulullah juga mengingatkan, “Kutinggalkan di tengah kalian dua peninggalanku: Kitabullah, sebagai tali yang terentang dari langit sampai ke bumi, dan keturunanku, ahlul baytku. Dua-duanya itu sungguh tidak akan terpisah hingga saat kembali kepadaku di haudh (telaga di surga).”

Selama ini telah banyak muncul beberapa buku dalam bahasa Arab yang berbicara tentang ahlul bayt. Tetapi yang dalam bahasa Indonesia memang belum banyak. Namun, alhamdulillah kini telah bertambah lagi dengan terbitnya buku Rasulullah SAW. Mempunyai Keturunan dan Allah SWT Memuliakannya, ditulis oleh Ir. Sayyid Abdussalam Al-Hinduan, M.B.A.

Hadits Tsaqalain

Beberapa bahasan penting diuraikan dalam buku ini. Pembahasan diawali dengan kisah tentang sikap kaum kafir Quraisy yang mengejek bahwa Rasulullah tidak mempunyai keturunan karena anak laki-lakinya wafat. Kemudian berturut-turut dibahas ihwal dikukuhkannya ahlul bayt Nabi SAW berdasarkan surah Al-Ahzab ayat 33, bernasabnya semua orang kepada ayahnya kecuali anak-anak Fathimah, lalu tentang hadits tsaqalain, yaitu wasiat Nabi SAW bahwa beliau meninggalkan dua perkara berat kepada umatnya, yakni Al-Quran dan keturunannya.

Hadits tsaqalain itu memang berbeda dengan hadits lainnya yang telah sangat terkenal, yaitu bahwa Nabi SAW meninggalkan dua perkara, Al-Quran dan sunnahnya. Kedua hadits itu ada dan masing-masing tidak membatalkan yang lainnya. Bedanya, hadits tsaqalain tersebut masih belum banyak diketahui kaum muslimin, padahal tidak kalah pentingnya. Dan hadits itu memang menjadi bagian yang sangat urgen dalam pembahasan tentang keluarga Rasulullah, karena merupakan wasiat beliau.

Bahasan lain yang diuraikan dalam buku ini adalah tentang eksisnya keturunan Nabi SAW hingga hari kiamat, wajibnya mencintai keluarga Rasulullah, arti dan leluhur Bani Alawi, dan beberapa hal lain yang terkait. Dibahas pula tentang peranan keturunan Nabi SAW dalam penyebaran Islam.

Kehadiran buku ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah pengetahuan Islam, terutama bagi para pecinta Rasulullah SAW dan keluarganya. Bagi kaum muslimin, mereka dapat lebih memahami persoalan ini, sehingga dapat menambah kecintaan kepada keluarga dan keturunan beliau. Sedangkan bagi mereka yang tergolong keturunan beliau, dapat memahami tugas dan tanggung jawab mereka yang berat.

[+/-] Selengkapnya...